Skip to main content

Makalah Teori Biaya


BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Biaya relevan merupakan biaya masa depan yang berbeda pada masing-masing alternatif. Semua keputusan berhubungan dengan masa depan. Karena itu hanya biaya masa depan yang dapat menjadi relevan dengan keputusan. Namun untuk menjadi relevan biaya tidak hanya harus merupakan biaya masa depan, tetapi juga harus berbeda dari satu alternatif dengan alternatif lainnya. Apabila biaya masa depan terdapat lebih dari satu alternatif maka biaya tersebut tidak relevan.
Penggunaan konsep biaya relevan untuk penhambilan keputusan penentuan tingkat output dan harga secara tepat membutuhkan suatu pemahaman mengenai hubungan antara biaya dengan output dari suatu perusahaan. Atau dengan kata lain, fungsi biayanya.

B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari konsep biaya relevan?
2. Apa pengertian dari Biaya Eksplisit dan Emplisit ?
3. Apa maksud dari Biaya Incremental dan Sunk Cost?
4. Apa maksud dari Biaya Jangka Panjang dan Biaya Jangka Pendek?
5. Apa maksud dari Analisa Peluang Pokok dan Kontribusi Laba?

                                                           











BAB 11
PEMBAHASAN

A.    Konsep Biaya Relevan
Teori biaya merupakan fundamental atau framework dari teori supply karena teori biaya menentukan apakah suatu perusahaan akan berproduksi atau tidak dan berapa produksinya.
Istilah biaya dapat diartikan bermacam-macam dan pengertiannya berubah-ubah, tergantung pada bagaimana biaya tersebut digunakan. Umumnya, biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar.
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan- bahan mentah yang akan di gunakan untuk menciptakan barang-barang yang di produksi perusahaan tersebut. 
Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan dan hitungannya.
BIAYA RELEVAN
Biaya relevan merupakan biaya masa depan yang berbeda pada masing-masing alternatif. Semua keputusan berhubungan dengan masa depan. Karena itu hanya biaya masa depan yang dapat menjadi relevan dengan keputusan. Namun untuk menjadi relevan biaya tidak hanya harus merupakan biaya masa depan, tetapi juga harus berbeda dari satu alternatif dengan alternatif lainnya. Apabila biaya masa depan terdapat lebih dari satu alternatif maka biaya tersebut tidak relevan.
Penggunaan konsep biaya relevan untuk penhambilan keputusan penentuan tingkat output dan harga secara tepat membutuhkan suatu pemahaman mengenai hubungan antara biaya dengan output dari suatu perusahaan. Atau dengan kata lain, fungsi biayanya. Fungsi biaya ini tergantung pada:
1)      Fungsi produksi dari perusahaan
2)      Fungsi penawaran pasar dari input-input yang digunakan perusahaan tersebut.
Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara kombinasi-kombinasi penggunaan input dengan tingkat outputnya, dan hal tersebut jika dikombinasikan dengan harga-hara input akan menghasilkan fungsi biaya.
B.     Biaya Eksplisit Dan Implisit
Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh perusahaan untuk membeli atau menyewa input yang dipergunakan dalam proses produksi, termasuk gaji pegawai, sewa tanah atau bangunan, pembelian bahan, dan lain-lain yang berbentuk kas.
Biaya implisit adalah biaya yang dicerminkan oleh nilai input yang dimiliki dan digunakan sendiri oleh perusahaan di dalam proses produksinya dalam bentuk nonkas.
Biaya implisit harus ditambahkan ke biaya eksplisit untuk mendapatkan biaya total (total cost).
Biaya Jangka Pendek
Jangka pendek adalah periode di mana input yang tersedia tidak dapat diubah (fixed). Dalam jangka pendek untuk mengubah output, variabel input harus diubah. Dalam jangka pendek, untuk mengubah output, pengusaha bisa mengubah variabel input (misal;jam kerja tenaga kerja) tanpa mengubah fixed input (bangunan dan mesin). Untuk menambah output, variabel input dinaikkan atau diturunkan.
Jadi dalam jangka pendek fungsi produksi= Q= f(K,L), di ana K=konstanta (fixed), dan L=variable. Karena K=konstan, jadi dalam jangka pendek Q=f(L).
Secara umum biaya produksi jangka pendek dapat dibedakan sebagai berikut:
1)      Biaya Tetap atau Fixed Cost (FC)
Biaya tetap adalah biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah barang yang dihasilkan/diproduksi. Artinya, biaya yang dikeluarkan tidak berubah berapapun jumlah barang yang dihasilkan oleh perusahaan itu. Produksinya sedikit atau banyak bahkan tidak berproduksi sekalipun, biaya ini tetap harus dikeluarkan sama besarnya. Itu sebabnya bentuk kurva FC adalah horizontal. Contoh biaya tetap adalah pembayaran gaji, sewa gedung/peralatan, membayar bunga pinjaman dari  bank. Besarnya biaya tetap total (TFC), merupakan jumlah seluruh biaya total yang dikeluarkan dalam suatu periode waktu tertentu. Contoh, suatu perusahaan menghasilkan produksi 800 unit dengan biaya tetap total 250.000. Berapakah biaya tetap yang dikeluarkan jika produksi kurang dari 800 unit.
Jawaban:
Besar biaya tetap total Rp. 250.000, karena berapapun produksi besar biaya tetap tidak berubah

2)       Biaya Tetap Rata-rata atau Average fixed Cost (AFC)
Biaya tetap rata-rata adalah biaya tetap yang harus dikeluarkan per unit barang. AFC berbentuk menurun dari kiri atas ke kanan bawah . Semakin banyak jumlah barang yang dihasilkan, kurva AFC akan semakin mendekati sumbu horizontal, namun tidak sampai menyinggung apalagi memotong sumbu horizontal. Hal ini menunjukkan bahwa biaya tetap per unit semakin kecil sejalan dengan bertambah banyaknya jumlah barang yang diproduksi.

Rumus untuk mencari AFC sebagai berikut:

  AFC = TFC
                Q
Keterangan:
AFC =biaya tetap rata-rata
TFC =Biaya tetap total
Q      =Jumlah produk
3)      Biaya Variabel atau Varible Cost (VC)
Biaya variabel adalah biaya yang besarnya tergantung pada juml;ah barang yang dihasilkan. Jadi, biaya ini dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilakan. Semakin banyak jumlah barang yang dihasilkan, maka akan semakin tinggi pula biaya variabelnya. Contoh biaya variabel adalah pembayaran upah, pembelian barang-barang baku/input, bahan bakar, listrik dsb. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan hasilnya merupakan biaya total. Besarnya biaya variabel total (TVC) jumlah seluruh biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan sejumlah produk. Untuk menghitung besar variabel total dapat menggunakan rumus berikut :
   
 TVC = VC × Q
Keterangan :
TVC =biaya variable total
VC   =biaya variable per unit
Q      =jumlah produksi
Contoh :
Suatu produksi dihasilkan sebanyak 400 unit, biaya variabel per unit Rp. 2.000,00. Berapakah biaya variabel total ?
Jawab :
Diketahui VC = 2.000,00 dan Q = 400 unit
TVC = VC x Q = 2.000 x 400 = 800.000
4)        Biaya Variabel Rata-rata atau Average Variable Cost ( AVC )
Apabila biaya berubah total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya berubah rata-rata. Biaya berubah rata-rata dihitung dengan rumus:

   AVC = TVC
                  Q
Keterangan :
AVC =biaya variable rata-rata
TVC  =biaya variable total
Q       =jumlah produk
Contoh Perhitungan Biaya Variabel Rata-rata
Jumlah Produksi (Q)
(Unit)
Biaya Variabel (TVC)
(Rp)
Biaya Variabel Rata-rata
(AVC=TVC:Q) (Rp)
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
550
650
750
850
950
1055
1150
1250
1350
1450
55
32,5
25
21,25
19
17,5
16,4
15,6
15
14,5
5)      Biaya Total atau Total Cost ( TC )
Biaya total adalah jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa. Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel.

Rumus untuk mencari TC adalah sebagai berikut :

   TC = TFC + TVC

Contoh :
Produk sebanyak 800 unit memerlukan biaya tetap Rp. 250.000 dan biaya variabel per unit Rp. 4000, maka besarnya biaya total ?
Jawab :
Diketahui TFC = 250.000
TVC = 800 x 4000 = 3.200.000
TC = TFC + TVC = 250.000 + 3.200.000 = 3.450.000
6)      Biaya Rata-rata atau Average Cost ( AC )
Biaya rata-rata adalah biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output. Besar biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output. Karena dalam jangka pendek TC = FC + VC, maka biaya rata-rata sama dengan biaya tetap rata-rata ditambah biaya variable rata-rata.
Rumus untuk mencari AC sebagai berikut :

AC = TC
           Q
Keterangan :
AC =biaya rata-rata
TC  =biaya total
Q    =jumlah produk
7)      Biaya Marjinal atau Marginal Cost ( MC )
Biaya marjinal adalah berapa biaya total bertambah ( ∆ TC ) jika produksi dimabah dengan satu unit ( ∆Q ). Munculnya MC diakibatkan adanya perluasan produksi yang dilakukan perusahaan dalam rangka menambah jumlah produk yang dihasilkan. MC dapat dihitung dengan cara tambahan TC (TC) dibagi tambahan produk (Q), jika dirumuskan:

  MC = ∆TC
             ∆Q
Keterangan :
Mc       = biaya marginal
∆TC     = Tambahan biaya total
∆Q       = Tambahan produk
Ada beberapa hal yang mempengaruhi perhitungan biaya  marginal, yaitu:
1.      Biaya total setelah peningkatan produksi.
2.      Biaya total sebelum peningkatan produksi.
3.      Jumlah produksi sebelum peningkatan produksi.
4.      Jumlah produksi setelah peningkatan produksi

   

C.    Biaya Incremental dan Sunk Cost
Incremental cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau pengurangan output (biasanya merupakan hasil dari kegiatan produksi/operasi). Incremental cost juga merupakan biaya yang terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan. Incremental cost diukur dari berubahnya IC karena suatu keputusan. Oleh sebab itu sifatnya bisa variabel, bisa juga fixed. Contoh: penambahan biaya total produksi karena keputusan manajemen untuk penambahan tenaga kerja dan bahan baku.
Sunk cost adalah biaya yang sudah terlanjur keluar, dan tidak relevan lagi untuk memperhitungkan biaya maupun imbalan yang didapat. Logika dari definisi biaya ini adalah segala sesuatu yang dianggap sebagai alternatif keputusan yang dibuat untuk melapisi pengeluaran yang ada, pengeluaran tersebut akan tetap ada (keluar). Contoh, saya tertarik untuk membeli motor sport seharga Rp.200 juta. Saya membayar uang tanda atau down payment sebesar 2 juta kepada si penjual. Suatu ketika, saya tertarik untuk membeli motor low rider. Saya harus membayar lunas sebesar Rp.56 juta untuk bisa mendapatkan motor tersebut. Pilihan dari kedua opsi tersebut, apakah saya membeli motor sport atau membeli motor low rider, itu tidak akan berpengaruh kepada uang tanda sebesar Rp.2 juta tadi.


KARAKTERISTIK BIAYA (COST CHARACTERISTIC)
1.      Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya Tetap adalah biaya yang sampai dengan jumlah output tertentu tidak akan berubah walaupun output yang dihasilkan tersebut berubah jumlahnya. Jadi sifat Biaya Tetap : - Untuk jangka pendek tidak akan berubah (tetap), asalkan dalam kegiatan yang sama dan relevan. - Dalam jangka panjang cenderung akan berubah, terutama apabila kapasitas produksinya (dalam hal ini kapasitas mesinnya dirubah, karena harus meningkatkan kapasitas mesin atau membeli mesin yang baru). Faktor-faktor yang harus diperhatikan perusahaan di dalam merumuskan Biaya Tetap : v Keterkendalian Biaya (Cost Controllability) Ada biaya-biaya tetap yang dapat dikendalikan manajemen dalam jangka pendek, dan setiap tahunnya ditentukan berdasarkan kebijakan manajemen. v Hubungan dengan Kegiatan Perusahaan - Biaya tetap timbul karena karena tersedianya kapasitas produksi. - Biaya tetap bukan sebagai akibat dari melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.

Biaya tetap dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (seprti : teknologi permesinan, inovasi dan invensi dari perusahaan lain pembuat mesin-mesin dan peralatan manufaktur). v Kebijakan Manajemen Perusahaan (Company Policy) Sebagian besar biaya tetap tergantung sepenuhnya pada keputusan- keputusan manajemen. v Tetap Secara Total, Tetapi Variable Secara Unit Biaya tetap akan tetap jumlahnya untuk suatu jumlah unit tertentu (Misal: kapasitas mesin tertentu), tetapi akan bersifat variable bila dilihat dari tiap-tiap unit output yang dihasilkan.
2.      Biaya Variabel (Variable Cost) Biaya Variabel adalah biaya yang cenderung berubah secara proporsional dengan berubahnya volume produksi (Output). Biaya variabel ini merupakan Biaya Kegiatan (Activity Cost), yang akan timbul hanya bila ada kegiatan usaha / operasi yang dilakukan. Biaya ini tidak akan timbul seandainya tidak ada sama sekali kegiatan usaha yang dilakukan (terutama kegiatan produksi). Biaya variabel secara langsung akan meningkat atau menurun dengan berubahnya unit output yang dihasilkan. Jika output bertambah 50% maka biaya variabel juga akan meningkat sebesar 50%, begitu pula sebaliknya.
3.      Biaya Semi Variabel (Semi Variable Cost) Biaya semi variabel merupakan pos-pos biaya yang meningkat atau menurun dengan meningkat atau menurunnya output, tetapi tidak secara proporsional. Biaya semi variabel ini memiliki sifat-sifat biaya tetap dan biaya variabel.

Biasanya variabilitas dari biaya semi variabel ini dapat disebabkan pengaruh gabungan dari : · Jangka waktu.
· Kegiatan Usaha atau Output.
· Kegiatan Manajemen.




D.Biaya Jangka Panjang

Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau input yang akan digunakan. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi dibedakan dengan biaya tetap dan biaya berubah. Dalam jangka panjang semua biaya adalah variabel. Karena itu biaya yang relevan dalam jangka panjang adalah biaya total, biaya variabel, biaya rata-rata dan biaya marjinal. Perubahan biaya total adalah sama dengan perubahan biaya variabel dan sama dengan biaya marjinal.
Cara meminimumkan biaya dalam jangka panjang dapat memperluas kapasitas produksinya, ia harus menentukan besarnya kapasitas pabrik (plan size) yang akan meminimumkan biaya produksi dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik dapat digambarkan kurva biaya rata-rata. (AC). Sehingga analisis mengenai bagaimana produsen menganalisis kegiatan produksinya dalam usaha meminimumkan biaya dapat dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas yang berbeda-beda.
Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digunakan yaitu tingkat produksi yang akan dicapai serta sifat dari pilihan kapasitas pabrik yang tersedia.

a)            Biaya Rata-Rata Jangka Panjang (Long-run Average Cos t/ LAC)
            Biaya total rata-rata jangka panjang adalah biaya total dibagi jumlah output.
LAC = LTC/Q

Keterangan :    LAC = Biaya rata-rata jangka panjang
            Q = Jumlah output

b)            Biaya Marginal Jangka Panjang (Long-run Marginal Cost/LMC)
Biaya marginal jangka panjang adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak satu unit. Perubahan biaya total adalah sama dengan perubahan biaya variabel. Biaya marginal jangka panjang dapat dihitung dengan rumus:

LMC = ∂LTC / ∂Q

Keterangan:     LMC   = Biaya marginal jangka panjang
            ∂LTC   = Perubahan biaya total jangka panjang
            ∂Q       = Perubahan output.


c)            Biaya Total Jangka Panjang (Long-run Total Cost/LTC)
   Biaya total jangka panjang adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi seluruh output dan semuanya bersifat variabel. Biaya total jagka panjang dapat dihitung dengan menggunakan rumus:

LTC = LVC

Keterangan:     LTC = Biaya total jangka panjang
                        LVC = Biaya Variabel jangka panjang


Kurva Biaya Jangka Panjang



 


E.     Analisa Pulang Pokok (Break Even Analysis)
Tujuan perusahaan secara keuangan adalah untuk memperoleh keuntungan (profit). Besar kecilnya keuntungan yang dihasilkan umumnya merupakan indikator dan ukuran kesuksesan manajemen perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Oleh sebab itu, manajemen harus mampu merencanakan keuntungan bagi perusahaan.
Pulang Pokok (Break Even) adalah Suatu keadaan operasi perusahaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita suatu kerugian (Tidak Laba dan Tidak Rugi - Impas). Secara Matematis, Pulang Pokok dapat ditulis sebagai berikut :
1.      TP = TR – TC
2.      TP = (P x Q) – (TFC + TVC)
3.      TP = (P.Q) – (TFC + v x Q)
4.      TP = P.Q – TFC – v.Q
Dimana :
TP = Total Profit
TFC = Total Fixed Cost
TR = Total Revenue
TVC = Total Variable Cost
TC = Total Cost
v = Variable Cost Per-unit.
P = Harga jual
Q = Unit yang dijual Bila terjadi Pulang Pokok,
Jadi, Q =     TFC
       (P - v) (P – v)     Titik pulang pokok : break event point (BEP) (P-V) disebut juga sebagai Kontribusi Margin (Margin Contribution).
MARJIN KONTRIBUSI (CONTRIBUTION MARGIN)
Yang dimaksud dengan Marjin Kontribusi adalah Harga jual per-unit dikurangi dengan biaya variabel per-unit produk yang terjual tersebut. Jadi secara matematis, Marjin Kontribusi adalah : (P – v) = CM. Marjin kontribusi ini juga menunjukkan berapa sisihan (margin) yang terjadi bila Harga jual per-unit produk tersebut dikurangkan dengan biaya variabel per- unitnya. Hal ini juga menunjukkan berapa Sisihan/sisa (Margin) yang ada bila dengan melakukan Variable Cost Coverage, artinya yang diperhitungkan sebagai biaya di sini hanya yang sifatnya biaya variable saja sedangkan biaya tetapnya dianggap tidak ada. Sedangkan bila memperhitungkan juga seluruh biaya tetapnya, dinamakan Total Cost Coverage. Variable Cost Coverage dipakai biasanya untuk melakukan kompetisi dengan pesaing (competitor) lain dari perusahaan yang sejenis, supaya harga jual yang diberikan perusahaan dapat bersaing dengan para pesaing (competitors) nya. Untuk itulah makanya yang diperhitungkan sebagai biaya produksi hanya yang berupa biaya variabelnya saja dengan mengabaikan sementara biaya tetap yang telah terjadi. Karena biaya tetap sifatnya dalam jangka pendek dan selama kapasitas produksi mesin masih memenuhi untuk memproduksi seluruh permintaan pasar.

TITIK PULANG POKOK (BREAK EVEN POINT)
Titik Pulang Pokok (Break Even Point) adalah Penjualan (dalam unit) yang menghasilkan keadaan pulang pokok (impas). Jadi analisa pulang pokok dalam BEP ini adalah : Untuk menentukan berapa unit yang harus diproduksi dan dijual yang dapat menghasilkan keadaan impas. Atau dengan kata lain, Supaya terjadi setidak- tidaknya (minimal) pulang pokok, berapa unit produk yang harus diproduksi dan dijual. Dalam analisa ini Jumlah yang diproduksi = Jumlah yang terjual, jadi asumsinya seluruh produk akan terserap di pasar (terjual) berapapun yang diproduksi. Gunanya Menghitung BEP ini adalah : Untuk mempelajari hubungan antara volume produksi / penjualan, harga dan biaya. PENJUALAN PULANG POKOK (BREAK EVEN SALES) Penjualan Pulang Pokok (Break Even Sales) adalah Penjualan (dalam mata uang) yang menghasilkan keadaan pulang pokok (impas).
Harga jual (selling price) diasumsikan tidak akan berubah berapapun jumlah yang terjual (quantity sold). Pada kenyataannya hal ini tidaklah demikian, semakin banyak yang terjual maka biasanya akan diberikan potongan harga (price discount) atau mungkin pula dilakukan praktek diskriminasi harga (price discrimination). Asumsi yang terakhir dari BEA adalah bahwasannya barang / produk yang diproduksi dan dijual adalah untuk satu macam jenis produk saja (single product). Kenyataannya, banyak terjadi diversifikasi produk (product diversification). Sehingga dengan demikian, Analisa Pulang Pokok hanya dapat dilakukan untuk masing-masing produk secara terpisah (Separated Single Product).
https://www.slideshare.net/Shobrie/analisa-pulang-pokok



















BAB III
                                                            PENUTUP
A.    Kesimpulan
 Teori biaya merupakan fundamental atau framework dari teori supply karena teori biaya menentukan apakah suatu perusahaan akan berproduksi atau tidak dan berapa produksinya.
Istilah biaya dapat diartikan bermacam-macam dan pengertiannya berubah-ubah, tergantung pada bagaimana biaya tersebut digunakan. Umumnya, biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar.
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan- bahan mentah yang akan di gunakan untuk menciptakan barang-barang yang di produksi perusahaan tersebut.
B.     Saran
Semoga  makalah yang telah kami susun ini dapat bermaanfaat yang  kemudian dapat diamalkan  dalam  kehidupan.  Kami sangat menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dengan kesempurnaan dan begitu banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu besar harapan kami jika ada kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makalah kami di lain waktu.

                                                                                                             






DAFTAR PUSTAKA

Drs. Lukman, M.Si. 2007. Pengantar Teori Mikro Ekonomi. Jakarta: UIN Jakarta Ekspres
   Raharja, Prathama. 2004. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: FEUI
  James L. Pappas dan Mark Hirschey, 1995, Ekonomi Manajerial, Jakarta: Binarupa Aksara



Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Makalah Administrasi Perkantoran

BAB I PENDAHULUAN 1.1   Latar Belakang Sistem perkantoran ialah segenap rangkaian prosedur yang telah menjadi pola kebulatan, tata kerja, dan tata tertib dalam penyelesaian sesuatu bidang kerja atau fungsi pokok dalam suatu organisasi.  Misalnya sistem kearsipan atau sistem penyimpanan warkat yang meliputi pedoman-pedoman penyimpanannya, ukuran-ukuran bakunya, alat perlengkapannya, tata cara penaruhan dan pengambilan warkat, tata tertib peminjaman berkas sampai prosedur penyingkiran dan pemusnahan arsip. Menurut Ahli Inggris J.C. Denyer (Office Management, 1975) memberikan definisi sistem perkantoran sebagai berikut: Dapatlah dikatakan bahwa suatu sistem perkantoran adalah urutan baku operasi-operasi dalam suatu kegiatan perusahaan khusus (pembayaran upah, pembuatan faktur penjualan, dan sebagainya) dan berkenaan dangan  bagaimana  operasi-operasi itu dilaksanakan (metode) maupun dengan  dimana  dan  bila mana  dilaksanakan Definisi yang diberikan oleh Terry: Suatu

Makalah Reasuransi

BAB I PENDAHULUAN A.     Latar Belakang Sebelum menguraikan pengertian reasuransi, terlebih dahulu akan diuraikan pengertian asuransi, karena timbulnya reasuransi tersebut tidak lain diawali dengan adanya asuransi. Pengertian asuransi atau pertanggungan dapat dilihat dalam ketentuan pasal 246 KUHD yang menentukan : Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan nama seseorang penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung, dengan menerima suatu premi, untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya karena suatu peristiwa yang tak tertentu. Menurut Undang-Undang Bisnis Asuransi, usaha reasuransi merupakan usaha yang memberikan jasa dalam pertanggungan ulang terhadap risiko yang dihadapi oleh perusahaan asuransi. Pada   reasuransi ada asuransi kerugian   umum, yang menliputi asuransi kebakaran; asuransi laut; dan asuransi mobil. Kemudian dalam Pasal 16 aya