BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Biaya relevan merupakan biaya masa depan yang berbeda pada
masing-masing alternatif. Semua keputusan berhubungan dengan masa depan. Karena
itu hanya biaya masa depan yang dapat menjadi relevan dengan keputusan. Namun
untuk menjadi relevan biaya tidak hanya harus merupakan biaya masa depan,
tetapi juga harus berbeda dari satu alternatif dengan alternatif lainnya.
Apabila biaya masa depan terdapat lebih dari satu alternatif maka biaya
tersebut tidak relevan.
Penggunaan konsep biaya relevan untuk penhambilan keputusan
penentuan tingkat output dan harga secara tepat membutuhkan suatu pemahaman
mengenai hubungan antara biaya dengan output dari suatu perusahaan. Atau dengan
kata lain, fungsi biayanya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa maksud dari konsep biaya relevan?
2. Apa pengertian
dari Biaya Eksplisit dan Emplisit ?
3. Apa maksud dari Biaya
Incremental dan Sunk Cost?
4. Apa maksud dari Biaya
Jangka Panjang dan Biaya Jangka Pendek?
5. Apa maksud dari Analisa
Peluang Pokok dan Kontribusi Laba?
BAB 11
PEMBAHASAN
A. Konsep Biaya Relevan
Teori biaya merupakan fundamental atau framework dari
teori supply karena teori biaya menentukan apakah suatu perusahaan akan
berproduksi atau tidak dan berapa produksinya.
Istilah biaya dapat diartikan bermacam-macam dan pengertiannya
berubah-ubah, tergantung pada bagaimana biaya tersebut digunakan. Umumnya,
biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar.
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan bahan- bahan mentah yang akan di gunakan untuk menciptakan barang-barang
yang di produksi perusahaan tersebut.
Biaya
produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan
untuk memproduksi suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan
pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada yang mudah
diidentifikasikan, tetapi ada juga yang sulit diidentifikasikan dan
hitungannya.
BIAYA RELEVAN
Biaya relevan merupakan biaya masa depan yang berbeda pada
masing-masing alternatif. Semua keputusan berhubungan dengan masa depan. Karena
itu hanya biaya masa depan yang dapat menjadi relevan dengan keputusan. Namun
untuk menjadi relevan biaya tidak hanya harus merupakan biaya masa depan,
tetapi juga harus berbeda dari satu alternatif dengan alternatif lainnya.
Apabila biaya masa depan terdapat lebih dari satu alternatif maka biaya
tersebut tidak relevan.
Penggunaan konsep biaya relevan untuk penhambilan keputusan
penentuan tingkat output dan harga secara tepat membutuhkan suatu pemahaman
mengenai hubungan antara biaya dengan output dari suatu perusahaan. Atau dengan
kata lain, fungsi biayanya. Fungsi biaya ini tergantung pada:
1)
Fungsi produksi dari perusahaan
2)
Fungsi penawaran pasar dari input-input yang
digunakan perusahaan tersebut.
Fungsi produksi menunjukkan hubungan teknis antara
kombinasi-kombinasi penggunaan input dengan tingkat outputnya, dan hal tersebut
jika dikombinasikan dengan harga-hara input akan menghasilkan fungsi biaya.
B. Biaya Eksplisit Dan Implisit
Biaya eksplisit adalah biaya yang benar-benar dikeluarkan oleh
perusahaan untuk membeli atau menyewa input yang dipergunakan dalam proses
produksi, termasuk gaji pegawai, sewa tanah atau bangunan, pembelian bahan, dan
lain-lain yang berbentuk kas.
Biaya implisit adalah biaya yang dicerminkan oleh nilai input yang
dimiliki dan digunakan sendiri oleh perusahaan di dalam proses produksinya
dalam bentuk nonkas.
Biaya implisit harus ditambahkan ke biaya eksplisit untuk
mendapatkan biaya total (total cost).
Biaya Jangka Pendek
Jangka pendek adalah periode di mana input yang tersedia
tidak dapat diubah (fixed). Dalam jangka pendek untuk mengubah output,
variabel input harus diubah. Dalam jangka pendek, untuk mengubah output,
pengusaha bisa mengubah variabel input (misal;jam kerja tenaga kerja)
tanpa mengubah fixed input (bangunan dan mesin). Untuk menambah output,
variabel input dinaikkan atau diturunkan.
Jadi dalam jangka pendek fungsi produksi= Q= f(K,L), di ana
K=konstanta (fixed), dan L=variable. Karena K=konstan, jadi dalam
jangka pendek Q=f(L).
Secara umum biaya
produksi jangka pendek dapat dibedakan sebagai berikut:
1)
Biaya Tetap atau Fixed Cost (FC)
Biaya tetap adalah
biaya yang besarnya tidak tergantung pada jumlah barang yang
dihasilkan/diproduksi. Artinya, biaya yang dikeluarkan tidak berubah berapapun
jumlah barang yang dihasilkan oleh perusahaan itu. Produksinya sedikit atau
banyak bahkan tidak berproduksi sekalipun, biaya ini tetap harus dikeluarkan
sama besarnya. Itu sebabnya bentuk kurva FC adalah horizontal. Contoh biaya
tetap adalah pembayaran gaji, sewa gedung/peralatan, membayar bunga pinjaman
dari bank. Besarnya biaya tetap total
(TFC), merupakan jumlah seluruh biaya total yang dikeluarkan dalam suatu
periode waktu tertentu. Contoh, suatu perusahaan menghasilkan produksi 800 unit
dengan biaya tetap total 250.000. Berapakah biaya tetap yang dikeluarkan jika
produksi kurang dari 800 unit.
Jawaban:
Besar biaya tetap total Rp. 250.000, karena berapapun produksi besar biaya tetap tidak berubah
Besar biaya tetap total Rp. 250.000, karena berapapun produksi besar biaya tetap tidak berubah
2)
Biaya Tetap
Rata-rata atau Average fixed Cost (AFC)
Biaya tetap rata-rata
adalah biaya tetap yang harus dikeluarkan per unit barang. AFC berbentuk
menurun dari kiri atas ke kanan bawah . Semakin banyak jumlah barang yang
dihasilkan, kurva AFC akan semakin mendekati sumbu horizontal, namun tidak
sampai menyinggung apalagi memotong sumbu horizontal. Hal ini menunjukkan bahwa
biaya tetap per unit semakin kecil sejalan dengan bertambah banyaknya jumlah
barang yang diproduksi.
Rumus untuk mencari AFC
sebagai berikut:
AFC = TFC
Q
|
Keterangan:
AFC =biaya tetap
rata-rata
TFC =Biaya tetap total
Q =Jumlah produk
3)
Biaya Variabel atau Varible Cost (VC)
Biaya variabel adalah
biaya yang besarnya tergantung pada juml;ah barang yang dihasilkan. Jadi, biaya
ini dipengaruhi oleh jumlah produksi yang dihasilakan. Semakin banyak jumlah barang
yang dihasilkan, maka akan semakin tinggi pula biaya variabelnya. Contoh biaya
variabel adalah pembayaran upah, pembelian barang-barang baku/input, bahan
bakar, listrik dsb. Biaya tetap dan biaya variabel ini jika dijumlahkan
hasilnya merupakan biaya total. Besarnya biaya variabel total (TVC) jumlah
seluruh biaya variabel yang dikeluarkan oleh perusahaan untuk menghasilkan
sejumlah produk. Untuk menghitung besar variabel total dapat menggunakan rumus
berikut :
TVC = VC × Q
|
Keterangan :
TVC =biaya variable
total
VC =biaya variable per unit
Q =jumlah produksi
Contoh :
Suatu produksi
dihasilkan sebanyak 400 unit, biaya variabel per unit Rp. 2.000,00. Berapakah
biaya variabel total ?
Jawab :
Diketahui VC = 2.000,00
dan Q = 400 unit
TVC = VC x Q = 2.000 x
400 = 800.000
4)
Biaya Variabel Rata-rata atau Average Variable
Cost ( AVC )
Apabila biaya berubah
total (TVC) untuk memproduksi sejumlah barang (Q) dibagi dengan jumlah produksi
tersebut, nilai yang diperoleh adalah biaya berubah rata-rata. Biaya berubah
rata-rata dihitung dengan rumus:
AVC = TVC
Q
|
Keterangan :
AVC =biaya variable
rata-rata
TVC =biaya variable total
Q =jumlah produk
Contoh
Perhitungan Biaya Variabel Rata-rata
Jumlah Produksi (Q)
(Unit)
|
Biaya Variabel (TVC)
(Rp)
|
Biaya Variabel Rata-rata
(AVC=TVC:Q) (Rp)
|
10
20
30
40
50
60
70
80
90
100
|
550
650
750
850
950
1055
1150
1250
1350
1450
|
55
32,5
25
21,25
19
17,5
16,4
15,6
15
14,5
|
5)
Biaya Total atau Total Cost ( TC )
Biaya total adalah
jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi suatu barang atau jasa.
Biaya total merupakan penjumlahan dari biaya tetap dan biaya variabel.
Rumus untuk mencari TC
adalah sebagai berikut :
TC = TFC + TVC
|
Produk sebanyak 800
unit memerlukan biaya tetap Rp. 250.000 dan biaya variabel per unit Rp. 4000,
maka besarnya biaya total ?
Jawab :
Diketahui TFC = 250.000
TVC = 800 x 4000 =
3.200.000
TC = TFC + TVC =
250.000 + 3.200.000 = 3.450.000
6)
Biaya Rata-rata atau Average Cost ( AC )
Biaya rata-rata adalah
biaya yang harus dikeluarkan untuk memproduksi satu unit output. Besar biaya
rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output. Karena dalam jangka pendek
TC = FC + VC, maka biaya rata-rata sama dengan biaya tetap rata-rata ditambah
biaya variable rata-rata.
Rumus untuk mencari AC
sebagai berikut :
AC = TC
Q
|
Keterangan :
AC =biaya rata-rata
TC =biaya total
Q =jumlah produk
7)
Biaya Marjinal atau Marginal Cost ( MC )
Biaya marjinal adalah
berapa biaya total bertambah ( ∆ TC ) jika produksi dimabah dengan satu unit (
∆Q ). Munculnya MC diakibatkan adanya perluasan produksi yang dilakukan
perusahaan dalam rangka menambah jumlah produk yang dihasilkan. MC dapat
dihitung dengan cara tambahan TC (TC) dibagi tambahan produk (Q), jika
dirumuskan:
MC = ∆TC
∆Q
|
Keterangan :
Mc = biaya marginal
∆TC = Tambahan biaya total
∆Q = Tambahan produk
Ada
beberapa hal yang mempengaruhi perhitungan biaya marginal, yaitu:
1. Biaya total setelah peningkatan produksi.
2. Biaya total sebelum peningkatan produksi.
3. Jumlah produksi sebelum peningkatan produksi.
4. Jumlah produksi setelah peningkatan produksi
C. Biaya Incremental dan
Sunk Cost
Incremental
cost adalah biaya yang timbul akibat adanya pertambahan atau pengurangan output
(biasanya merupakan hasil dari kegiatan produksi/operasi). Incremental cost
juga merupakan biaya yang terjadi sebagai akibat dari suatu keputusan.
Incremental cost diukur dari berubahnya IC karena suatu keputusan. Oleh sebab
itu sifatnya bisa variabel, bisa juga fixed. Contoh: penambahan biaya total
produksi karena keputusan manajemen untuk penambahan tenaga kerja dan bahan
baku.
Sunk cost adalah biaya
yang sudah terlanjur keluar, dan tidak relevan lagi untuk memperhitungkan biaya
maupun imbalan yang didapat. Logika dari definisi biaya ini adalah segala
sesuatu yang dianggap sebagai alternatif keputusan yang dibuat untuk melapisi
pengeluaran yang ada, pengeluaran tersebut akan tetap ada (keluar). Contoh, saya
tertarik untuk membeli motor sport seharga Rp.200 juta. Saya membayar
uang tanda atau down payment sebesar 2 juta kepada si penjual. Suatu ketika,
saya tertarik untuk membeli motor low rider. Saya harus membayar lunas
sebesar Rp.56 juta untuk bisa mendapatkan motor tersebut. Pilihan
dari kedua opsi tersebut, apakah saya membeli motor sport atau membeli motor
low rider, itu tidak akan berpengaruh kepada uang tanda sebesar Rp.2 juta tadi.
KARAKTERISTIK
BIAYA (COST CHARACTERISTIC)
1.
Biaya Tetap (Fixed Cost) Biaya
Tetap adalah biaya yang sampai dengan jumlah output tertentu tidak akan berubah
walaupun output yang dihasilkan tersebut berubah jumlahnya. Jadi sifat Biaya
Tetap : - Untuk jangka pendek tidak akan berubah (tetap), asalkan dalam
kegiatan yang sama dan relevan. - Dalam jangka panjang cenderung akan berubah,
terutama apabila kapasitas produksinya (dalam hal ini kapasitas mesinnya
dirubah, karena harus meningkatkan kapasitas mesin atau membeli mesin yang
baru). Faktor-faktor yang harus diperhatikan perusahaan di dalam merumuskan
Biaya Tetap : v
Keterkendalian Biaya (Cost Controllability) Ada biaya-biaya tetap yang dapat
dikendalikan manajemen dalam jangka pendek, dan setiap tahunnya ditentukan
berdasarkan kebijakan manajemen. v Hubungan dengan Kegiatan Perusahaan - Biaya tetap
timbul karena karena tersedianya kapasitas produksi. - Biaya tetap bukan
sebagai akibat dari melakukan kegiatan-kegiatan tersebut.
Biaya
tetap dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor lain (seprti : teknologi permesinan,
inovasi dan invensi dari perusahaan lain pembuat mesin-mesin dan peralatan
manufaktur). v
Kebijakan Manajemen Perusahaan (Company Policy) Sebagian besar biaya tetap
tergantung sepenuhnya pada keputusan- keputusan manajemen. v
Tetap Secara Total, Tetapi Variable Secara Unit Biaya tetap akan tetap
jumlahnya untuk suatu jumlah unit tertentu (Misal: kapasitas mesin tertentu),
tetapi akan bersifat variable bila dilihat dari tiap-tiap unit output yang
dihasilkan.
2.
Biaya Variabel (Variable Cost)
Biaya Variabel adalah biaya yang cenderung berubah secara proporsional dengan
berubahnya volume produksi (Output). Biaya variabel ini merupakan Biaya
Kegiatan (Activity Cost), yang akan timbul hanya bila ada kegiatan usaha /
operasi yang dilakukan. Biaya ini tidak akan timbul seandainya tidak ada sama
sekali kegiatan usaha yang dilakukan (terutama kegiatan produksi). Biaya
variabel secara langsung akan meningkat atau menurun dengan berubahnya unit
output yang dihasilkan. Jika output bertambah 50% maka biaya variabel juga akan
meningkat sebesar 50%, begitu pula sebaliknya.
3.
Biaya Semi Variabel (Semi Variable
Cost) Biaya semi variabel merupakan pos-pos biaya yang meningkat atau menurun
dengan meningkat atau menurunnya output, tetapi tidak secara proporsional.
Biaya semi variabel ini memiliki sifat-sifat biaya tetap dan biaya variabel.
Biasanya
variabilitas dari biaya semi variabel ini dapat disebabkan pengaruh gabungan
dari : ·
Jangka waktu.
·
Kegiatan Usaha atau Output.
·
Kegiatan Manajemen.
D.Biaya Jangka Panjang
Dalam jangka panjang perusahaan dapat menambah semua faktor produksi atau
input yang akan digunakan. Oleh karena itu, biaya produksi tidak perlu lagi
dibedakan dengan biaya tetap dan biaya berubah. Dalam jangka panjang semua
biaya adalah variabel. Karena itu biaya yang relevan dalam jangka panjang
adalah biaya total, biaya variabel, biaya rata-rata dan biaya marjinal. Perubahan
biaya total adalah sama dengan perubahan biaya variabel dan sama dengan biaya
marjinal.
Cara meminimumkan biaya dalam jangka panjang dapat memperluas kapasitas
produksinya, ia harus menentukan besarnya kapasitas pabrik (plan size) yang
akan meminimumkan biaya produksi dalam analisis ekonomi kapasitas pabrik dapat
digambarkan kurva biaya rata-rata. (AC). Sehingga analisis mengenai bagaimana
produsen menganalisis kegiatan produksinya dalam usaha meminimumkan biaya dapat
dilakukan dengan memperhatikan kurva AC untuk kapasitas yang berbeda-beda.
Faktor yang akan menentukan kapasitas produksi yang digunakan yaitu tingkat produksi yang akan dicapai
serta sifat dari pilihan kapasitas
pabrik yang tersedia.
a)
Biaya Rata-Rata Jangka Panjang (Long-run Average Cos t/ LAC)
Biaya
total rata-rata jangka panjang adalah biaya total dibagi jumlah output.
LAC = LTC/Q
Keterangan : LAC
= Biaya rata-rata jangka panjang
Q
= Jumlah output
b)
Biaya Marginal Jangka Panjang (Long-run Marginal Cost/LMC)
Biaya
marginal jangka panjang adalah tambahan biaya karena menambah produksi sebanyak
satu unit. Perubahan biaya total adalah sama dengan perubahan biaya variabel.
Biaya marginal jangka panjang dapat dihitung dengan rumus:
LMC =
∂LTC / ∂Q
Keterangan: LMC
= Biaya marginal jangka panjang
∂LTC
= Perubahan biaya total jangka panjang
∂Q
= Perubahan output.
c)
Biaya Total Jangka Panjang (Long-run Total Cost/LTC)
Biaya total jangka panjang adalah biaya yang
dikeluarkan untuk memproduksi seluruh output
dan semuanya bersifat variabel. Biaya total jagka panjang dapat dihitung dengan
menggunakan rumus:
LTC = LVC
Keterangan: LTC = Biaya total
jangka panjang
LVC = Biaya
Variabel jangka panjang
Kurva Biaya Jangka Panjang
E. Analisa Pulang Pokok
(Break Even Analysis)
Tujuan perusahaan secara keuangan
adalah untuk memperoleh keuntungan (profit). Besar kecilnya keuntungan yang
dihasilkan umumnya merupakan indikator dan ukuran kesuksesan manajemen
perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya. Oleh sebab itu, manajemen harus
mampu merencanakan keuntungan bagi perusahaan.
Pulang Pokok (Break Even) adalah Suatu keadaan operasi
perusahaan dimana perusahaan tidak memperoleh laba dan juga tidak menderita
suatu kerugian (Tidak Laba dan Tidak Rugi - Impas). Secara Matematis, Pulang
Pokok dapat ditulis sebagai berikut :
1. TP = TR – TC
2. TP = (P x Q) – (TFC + TVC)
3. TP = (P.Q) – (TFC + v x Q)
4. TP = P.Q – TFC – v.Q
Dimana :
TP = Total Profit
TFC = Total Fixed Cost
TR = Total Revenue
TVC = Total Variable Cost
TC = Total Cost
v = Variable Cost Per-unit.
P = Harga jual
Q = Unit yang dijual Bila terjadi Pulang Pokok,
Jadi, Q = TFC
(P - v) (P – v)
Titik pulang pokok : break event
point (BEP) (P-V) disebut juga sebagai Kontribusi Margin (Margin
Contribution).
MARJIN
KONTRIBUSI (CONTRIBUTION MARGIN)
Yang
dimaksud dengan Marjin Kontribusi adalah Harga jual per-unit dikurangi dengan
biaya variabel per-unit produk yang terjual tersebut. Jadi secara matematis,
Marjin Kontribusi adalah : (P – v) = CM. Marjin kontribusi ini juga menunjukkan
berapa sisihan (margin) yang terjadi bila Harga jual per-unit produk tersebut
dikurangkan dengan biaya variabel per- unitnya. Hal ini juga menunjukkan berapa
Sisihan/sisa (Margin) yang ada bila dengan melakukan Variable Cost Coverage,
artinya yang diperhitungkan sebagai biaya di sini hanya yang sifatnya biaya
variable saja sedangkan biaya tetapnya dianggap tidak ada. Sedangkan bila
memperhitungkan juga seluruh biaya tetapnya, dinamakan Total Cost Coverage.
Variable Cost Coverage dipakai biasanya untuk melakukan kompetisi dengan
pesaing (competitor) lain dari perusahaan yang sejenis, supaya harga jual yang
diberikan perusahaan dapat bersaing dengan para pesaing (competitors) nya.
Untuk itulah makanya yang diperhitungkan sebagai biaya produksi hanya yang
berupa biaya variabelnya saja dengan mengabaikan sementara biaya tetap yang
telah terjadi. Karena biaya tetap sifatnya dalam jangka pendek dan selama
kapasitas produksi mesin masih memenuhi untuk memproduksi seluruh permintaan
pasar.
TITIK
PULANG POKOK (BREAK EVEN POINT)
Titik
Pulang Pokok (Break Even Point) adalah Penjualan (dalam unit) yang menghasilkan
keadaan pulang pokok (impas). Jadi analisa pulang pokok dalam BEP ini adalah :
Untuk menentukan berapa unit yang harus diproduksi dan dijual yang dapat
menghasilkan keadaan impas. Atau dengan kata lain, Supaya terjadi setidak-
tidaknya (minimal) pulang pokok, berapa unit produk yang harus diproduksi dan
dijual. Dalam analisa ini Jumlah yang diproduksi = Jumlah yang terjual, jadi
asumsinya seluruh produk akan terserap di pasar (terjual) berapapun yang
diproduksi. Gunanya Menghitung BEP ini adalah : Untuk mempelajari hubungan
antara volume produksi / penjualan, harga dan biaya. PENJUALAN PULANG POKOK
(BREAK EVEN SALES) Penjualan Pulang Pokok (Break Even Sales) adalah Penjualan
(dalam mata uang) yang menghasilkan keadaan pulang pokok (impas).
Harga jual (selling price) diasumsikan tidak akan berubah
berapapun jumlah yang terjual (quantity sold). Pada kenyataannya hal ini
tidaklah demikian, semakin banyak yang terjual maka biasanya akan diberikan
potongan harga (price discount) atau mungkin pula dilakukan praktek
diskriminasi harga (price discrimination). Asumsi yang terakhir dari BEA adalah
bahwasannya barang / produk yang diproduksi dan dijual adalah untuk satu macam
jenis produk saja (single product). Kenyataannya, banyak terjadi diversifikasi
produk (product diversification). Sehingga dengan demikian, Analisa Pulang
Pokok hanya dapat dilakukan untuk masing-masing produk secara terpisah (Separated
Single Product).
https://www.slideshare.net/Shobrie/analisa-pulang-pokok
BAB
III
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Teori
biaya merupakan fundamental atau framework dari teori supply
karena teori biaya menentukan apakah suatu perusahaan akan berproduksi atau
tidak dan berapa produksinya.
Istilah biaya dapat diartikan bermacam-macam dan pengertiannya
berubah-ubah, tergantung pada bagaimana biaya tersebut digunakan. Umumnya,
biaya berkaitan dengan tingkat harga suatu barang yang harus dibayar.
Biaya produksi dapat didefinisikan sebagai semua
pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor
produksi dan bahan- bahan mentah yang akan di gunakan untuk menciptakan barang-barang
yang di produksi perusahaan tersebut.
B. Saran
Semoga makalah yang telah kami susun ini dapat bermaanfaat
yang kemudian dapat
diamalkan dalam kehidupan. Kami sangat
menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih jauh dengan kesempurnaan dan
begitu banyak kekurangan-kekurangan, untuk itu besar harapan kami jika ada
kritik dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan
makalah-makalah kami di lain waktu.
DAFTAR PUSTAKA
Drs. Lukman, M.Si. 2007. Pengantar Teori
Mikro Ekonomi. Jakarta: UIN Jakarta Ekspres
Raharja, Prathama. 2004. Teori Ekonomi Mikro. Jakarta: FEUI
James L. Pappas dan Mark Hirschey, 1995, Ekonomi Manajerial, Jakarta:
Binarupa Aksara
Semoga membantu tugas kalian ya gengs <3
ReplyDelete